Keluh Kesah Petani di Lamsel Sulit Pupuk dan Bibit

Narasi24.id — Lahan pertanian Jagung seluas 3 hektar milik Hidayat (32), kekurangan pupuk, padahal musim Tanam ini telah Ia tunggu Sejak lama.

Hidayat merasa rugi saat musim penghujan datang Namun ketersediaan pupuk sulit di daerahnya ,yakni di Desa Karangsari, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan.

Bacaan Lainnya
banner 728x90

“Coba usaha cari Stok pupuk di kios-kios yang masih tersedia , tapi ada selisih harga lebih Mahal” Ungkap, Hidayat, Jumat, (27/-02/23).

Selain Hidayat, ternyata hal yang sama juga dirasakan Oleh I Ketut Pastike (35) warga Desa Sumbernadi Kecamatan Ketapang.

Kepada narasi24.id, Ketut menceritakan permasalahanya lebih detail, bahwa para petani jagung masih mengalami kurangnya ketersediaan kebutuhan pupuk, karena menurut Ketut dalam 1 hektar dibutuhkan 1 ton pupuk.

Alih – Alih mengeluh, Ketut mecoba mencari solusi secara mandiri dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang.

“karna kami petani hanya mendapatkan pupuk di kelompok Tanj dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) dalam setahun hanya mendapatkan pupuk jenis Phonska 4 kwintal dan jenis Urea 8 kwintal”. Katanya Jumat, (27/-02/23).

Sedangkan Lanjut ketut, kebutuhan dalam setahun itu ada dua kali musim tanam, artinya dari jatah RDKK itu hanya cukup sekali penanaman.

Tidak hanya soal pupuk, Ia juga mengeluhkan dengan kenaikan harga saprotan seperti obat-obatan dan bibit

“ini sudah berganti harga bukan kenaikan” contohnya obat-obatan biasanya kalau naik itu paling 5-10 ribu ini kenaikan mencapai 50 ribu lebih, apalagi harga bibit jagung bisa mencapai 100-250 ribu kenaikannya” Jelas Ketut , Jumat, (27/-02/23).

Masih Kata Ketut, Bahkan, bibit jagung biasa, “bibit dengan Merk yang paling diminati sering terjadi kelangkaan, kadang hilang dari pasaran” Lanjutnya.

 

Ketut berharap kepada pemerintah agar bisa menjaga kesetabilan harga saprotan dan juga harga jagung, kemudian jatah pupuk melalui RDKK untuk bisa ditingkatkan pasokannya, dan harga jagung bisa dinaikkan.

“harga jagung terkadang tidak sesuai dengan modal, sama halnya seperti menabung karena hasilnya akan di jadikan sebagai modal kembali” tutupnya.

(Mar)

(Visited 21 times, 1 visits today)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *