Imam Asyrofi: Menikmati Perjalanan Panjang Menjadi Guru yang Humanis

Bandar Lampung (Narasi.id) – H. Imam Asyrofi, sosok yang telah mendedikasikan lebih dari separuh hidupnya di dunia pendidikan, memiliki perjalanan panjang yang penuh makna. Mulai dari menjadi guru honorer sejak tahun 1988 hingga diangkat menjadi pegawai pada tahun 2005, ia menjalani 17 tahun sebagai tenaga honorer dengan penuh ketulusan. Kini, menjelang purna tugas pada September 2025, Imam Asyrofi mengisahkan pengalaman dan pesan berharga dari perjalanannya sebagai pendidik.

“Menjadi guru itu, meski awalnya jauh dari kata cukup, tapi semua dijalani dengan syukur dan dinikmati,” ujar Imam Asyrofi, Kepala MIN 10 Bandar Lampung, saat diwawancarai pada Jumat (13/09/2024). Meskipun hidup tidak selalu mudah, ia merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga berkat rasa syukur yang selalu ia pegang.

Bacaan Lainnya
banner 728x90

Perkembangan perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru, menurutnya, juga semakin baik seiring berjalannya waktu. “Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun awal saya mengajar, sekarang kesejahteraan guru jauh lebih diperhatikan,” ujarnya.

Imam mengingat kembali masa-masa awalnya mengajar, ketika harus berjalan kaki atau naik angkot dari Tanjung Karang ke Teluk Betung dan Rajabasa untuk mencapai sekolah tempatnya mengajar, Al-Kautsar. Pengalaman tersebut membentuknya menjadi sosok yang tangguh dan penuh dedikasi.

Setelah beberapa kali berpindah posisi sebagai kepala sekolah, termasuk di MIN Tanjung Gading dan MIN 4 Bandar Lampung, sejak tahun 2022 hingga kini Imam memimpin MIN 10 Bandar Lampung, sebuah sekolah dengan 800 siswa yang tersebar di dua lokasi, yaitu di Jl. Putih Balau Gg H. Abu Bakar dan Kota Baru, Bandar Lampung.

Imam Asyrofi menekankan pentingnya mengajar dengan hati dan pendekatan humanis, terutama di era saat ini. “Menghadapi siswa sekarang harus dengan cara yang humanis, tanpa kekerasan. Kita harus ramah terhadap anak karena zaman sudah berubah,” jelasnya. Ia juga mengingatkan guru untuk memisahkan masalah pribadi dari tugas mengajar, serta selalu menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

Pesan penting lainnya dari Imam adalah tentang konsistensi dalam membentuk kebiasaan baik pada siswa. Di MIN 10 Bandar Lampung, siswa kelas 1 hingga 6 rutin melaksanakan salat Dhuha setiap Selasa, Rabu, dan Kamis, sebuah kebiasaan yang diharapkan dapat dibawa siswa hingga ke rumah.

Menjelang purna tugasnya, Imam Asyrofi terus berusaha memberikan yang terbaik untuk MIN 10 Bandar Lampung. Bersama 40 guru lainnya, ia berharap sekolah ini semakin maju, mandiri, berprestasi, dan menjadi kebanggaan warga Kedamaian.

“Bekerja dengan hati nurani dan keikhlasan, insya Allah hasilnya akan luar biasa. Itulah kunci menjadi guru yang bahagia,” tutupnya. (Anita).

(Visited 43 times, 1 visits today)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *