Evaluasi Kebijakan Dampak Peningkatan Emisi Karbon

NARASI24.ID – Perubahan iklim sedang menjadi permasalahan menarik bagi masyarakat luas, bahkan tidak hanya di Indonesia karena peningkatan suhu secara global telah menyebabkan perubahan iklim di berbagai belahan dunia. Berdasarkan Global Risk Report 2020 dari World Economic Forum, perubahan iklim terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.

Dalam lima tahun terakhir, iklim di dunia terasa lebih hangat sepanjang sejarah, terjadi cuaca ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia, serta terjadinya bencana alam yang lebih intens. Suhu global diperkirakan akan meningkat setidaknya 3 derajat Celcius pada akhir tahun 2020. Dampak terdekat dari perubahan iklim yaitu dapat menambah keadaan darurat planet seperti hilangnya nyawa, ketegangan sosial dan geopolitik, serta dampak ekonomi negatif (World Economic Forum,
2020).

Perubahan iklim yang dipicu oleh kenaikan emisi karbon perlu mendapat perhatian serius dari masyarakat dan para pembuat kebijakan. Salah satu faktor penting yang menyebabkan peningkatan yang hampir tidak terkendali dari emisi karbon adalah aktivitas ekonomi seperti kegiatan industri.

Peningkatan output baik di sektor industri ataupun sektor lainnya menyumbang emisi karbon sehingga dapat mendorong emisi melewati batas toleransinya. Emisi ini terutama dihasilkan oleh kegiatan industri yang menggunakan bahan bakar fosil. Environmental Kuznets Curve (EKC) menujukkan hubungan positif antara pertumbuhan dan kerusakan lingkungan. Jika kita menginginkan lingkungan yang lebih baik dan sehat untuk semua makhluk hidup di dalamnya, maka kita perlu mengurangi kegiatan ekonomi terutama yang berkontribusi terhadap kenaikan gas rumah kaca. Hal ini memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa studi mengkonfirmasi hipotesis tersebut (Pata, 2021), (Yuping et al.,
2021).

Sumber Penghasil Emisi Gas Rumah Kaca Salah satu jenis emisi gas rumah kaca yang menjadi penyumbang terbesar dalam pemanasan global adalah emisi karbon dioksida (CO2). Munculnya emisi CO2 sangat erat kaitannya dengan aktivitas manusia (anthropogenic activities).

Terdapat 5 sektor yang menjadi sumber utama emisi CO2, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yaitu penggunaan produk, proses industri dan penggunaan energi, limbah, serta PKPL (pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan). Untuk mencapai komitmen penurunan emisi CO2 sebesar 26% (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, 2011), perlu adanya langkah mitigasi berupa pemantauan seluruh kegiatan yang dapat berpotensi menghasilkan CO2. Meskipun kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan emisi karbon umumnya rendah, risiko peningkatan emisi dapat meningkat jika skenario kebijakan tidak diterapkan untuk mengekang pertumbuhan emisi CO2.

Upaya Pemerintah dalam Mengurangi Emisi CO2
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah meluncurkan berbagai inisiatif dan langkah untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Pemerintah Indonesia telah memprioritaskan isu perubahan iklim dengan mengimplementasikan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon negara. Salah satu langkah penting adalah peningkatan penggunaan energi terbarukan. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mengalami peningkatan signifikan dalam pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, seperti tenaga surya dan tenaga angin. Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang berkontribusi pada emisi karbon.

Selain itu, kebijakan Indonesia dalam mengurangi emisi CO2 adalah pengenalan pasar karbon nasional, yang akan memungkinkan perusahaan untuk membeli dan menjual kredit karbon di pasar terbuka. Pemerintah juga mempromosikan penggunaan energi bersih dengan meningkatkan investasi energi terbarukan, termasuk tenaga surya, angin, dan pembangkit listrik tenaga air. Hal ini akan membantu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil dan mengurangi CO2 dari sektor energi.

Pemerintah memperketat peraturan di industri yang menghasilkan emisi karbon paling banyak, termasuk transportasi dan pertanian. Ini memaksa perusahaan untuk mencari cara baru untuk mengurangi CO2 dan meningkatkan efisiensi perusahaan. Kebijakan ini diharapkan sebagai langkah positif dalam perlindungan lingkungan dan perang melawan perubahan iklim.

Masalah CO2 merupakan masalah bersama.
Bukan hanya peran pemerintah menginterupsikan kebijakan-kebijakan baru mengenai penurunan emsisi karbon. Akan tetapi peran masyarakat akan lebih penting. Dalam melaksanakan tata aturan yang berlaku ditengah mesyarakat. Misalkan dalam pengawasan perizinan usaha industri atau kegiatan lainya, masyarakat perlu memberikan tindakan kritis terhadap regulasi yang ada, terutama mengenai kajian kualitas lingkungan dan perihal menyangkut peningkatan karbon.

Upaya Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Pertanian
Di sektor pertanian, upaya terus dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Pendekatan agroekologi dan penggunaan pupuk organik telah didorong untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dapat menghasilkan emisi nitrogen oksida. Selain itu, penggunaan metode pertanian berkelanjutan dan irigasi yang efisien juga menjadi fokus untuk mengurangi jejak karbon sektor pertanian.

Pemerintah berfokus pada perlindungan hutan dan penghentian deforestasi. Dalam upaya mengurangi emisi karbon yang disebabkan oleh pembakaran hutan, Indonesia telah memperkenalkan kebijakan moratorium izin perkebunan kelapa sawit baru, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi konversi hutan menjadi perkebunan dan memulihkan hutan yang terdegradasi. Langkah ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan hutan dan memperkuat program restorasi hutan. Program REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) juga telah diperkenalkan untuk mengurangi deforestasi dan mengembangkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah memperkuat upaya dalam pengembangan energi terbarukan. Peningkatan penggunaan energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang menghasilkan emisi karbon.

Dampak Peningkatan Emisi CO2
Perubahan iklim terus menjadi masalah global yang mendesak. Hari ini, kami membahas tentang emisi karbon, gas rumah kaca utama yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi tantangan ini.

CO2 adalah gas rumah kaca utama yang bertanggung jawab atas efek pemanasan global. Peningkatan emisi CO2 mengakibatkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, yang menyebabkan peningkatan suhu rata-rata Bumi. Peningkatan emisi CO2 menyebabkan perubahan iklim yang signifikan. Selain itu, Peningkatan suhu akibat emisi CO2 menyebabkan pencairan es di kutub dan gletser di seluruh dunia. Mengganggu ekosistem darat dan laut. Banyak spesies tumbuhan dan hewan menghadapi kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan suhu yang cepat dan perubahan musim yang tidak stabil. Emisi CO2 juga memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Peningkatan suhu dapat menyebabkan gelombang panas yang lebih sering dan intens, meningkatkan risiko penyakit.
Dalam rangka mengurangi dampak-dampak ini, penting untuk mengurangi emisi CO2 dengan mengadopsi sumber energi yang lebih bersih, meningkatkan efisiensi energi, dan mengubah pola konsumsi yang berkelanjutan. Selain itu, upaya untuk menangani perubahan iklim juga melibatkan mitigasi dan adaptasi yang luas untuk melindungi ekosistem dan kesehatan manusia.

Tim Redaksi.
Agafirdus Ervandus Blutuk, Raja Alamsyah Harahap, dan Cici Doria.

Tim Dosen.
Prof. Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si.
Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si.

(Magister Ilmu Lingkkungan, Universitas
Lampung)

(Visited 20 times, 1 visits today)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *