Narasi24.id – Selain memiliki segudang manfaat untuk kesehatan, madu juga diketahui memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Melihat peluang itulah, masyarakat di wilayah Desa Gunung Gijul, Kecamatan Abung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung sudah sejak tujuh tahun lalu mulai beternak lebah madu.
Salah satu jenis lebah yang diternak atau dibudidayakan di desa itu adalah lebah trigona yang dikenal menghasilkan madu klanceng. Lebah trigona sendiri ciri-cirinya berukuran kecil dan berwarna hitam serta tidak menyengat.
Karena tidak menyengat itulah, masyarakat disana lebih memilih membudidayakan lebah trigona. Keunggulan lainnya dari lebah itu adalah juga bisa menghasilkan madu kapan saja tanpa melihat musim.
“Setiap hari masyarakat bisa memanen madu dari lebah yang diternak di kebun hingga 1 liter lebih per orang,” ungkap Anwar Rasyid, salah satu warga Desa Gunung Gijul yang beternak lebah trigona pada Minggu (31/7/2022).
Pihak aparatur desa juga terus mencari formula yang tepat, untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan ekonomi dari beternak lebah madu dan memasarkannya.
“Kini, setiap warga minimal sudah memiliki satu sarang lebah trigona di rumahnya yang itu kita sosialisikan terus menerus,” ungkap Fery Ferdiansyah selaku Kepala Desa Gunung Gijul saat dikonfirmasi.
Kondisi pandemi juga menurut Fery tidak berpengaruh dengan usaha madu. Bahkan, warga desa sempat kewalahan memenuhi permintaan pasar atas kebutuhan madu, meski sudah memiliki ribuan sarang lebah.
Selain lebah jenis trigona, warga desa Gunung Gijul juga membudidayakan lebah madu jenis lain, meski jumlahnya tak banyak.
“Suasana desa juga lebih asri karena warga terus menanam pohon. Apalagi wilayah desa kita ini berdekatan dengan hutan konservasi, jadi kita bisa sekaligus membantu menanam pohon,” pungkasnya. []